Kamis, 02 Mei 2013

Yang baik menurut kita, terkadang belum tentu baik dimata Allah


Dalam banyak hal saya terbiasa membuat rencana dari berbagai tujuan hidup yang ingin dicapai. Namun tidak selamanya rencana yang dibuat berjalan mulus. Bahkan tidak jarang harapan yang diinginkan menjadi pupus sebelum bisa terwujud. Sebagai manusia, wajar jika kemudian saya bersedih karena apa yang saya inginkan belum atau tidak terpenuhi.
Namun kesedihan tidak sampai membuat saya terpuruk. Kekecewaan tidak membuat saya sampai larut dalam kesedihan mendalam. Saya meyakini sebuah prinsip yang saya kutip dari kitab suci Al Qur’an:
“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)
Sebagai manusia, tugas kita adalah berusaha dan berdoa. Selebihnya biarlah Tuhan yang menentukan yang terbaik untuk kita. Kadang hawa nafsu menutup jalan pikiran dan hati kita sehingga menumbuhkan ketidaksukaan saat apa yang kita inginkan belum atau tidak menjadi kenyataan. Bahkan jika keimanan kita sedang dalam posisi di bawah (rendah), bisa jadi kekecewaan tersebut berujung  kepada penyalahan akan takdir Tuhan. Padahal yakinlah ada skenario Tuhan yang jauh lebih indah yang akan disiapkan untuk kita nantinya.
Ketika memegang prinsip ini, kekecewaan hanya bersifat sementara. Selebihnya berusaha ikhlas tentang apapun yang ditakdirkan Tuhan kepada kita. Sembari dengan terus tetap berusaha dan berdoa agar selalu diberikan bimbingan Tuhan dalam mencapai segala cita yang diinginkan, dan diberikan keikhlasan hati jika harapan tersebut mungkin belum terwujud atau bahkan mungkin tidak terwujud sekalipun. Karena pasti di dalamnya ada hikmah yang luar biasa yang ingin Alloh SWT berikan kepada kita makhluk-Nya yang lemah ini.
Saya tetap bersyukur ketika dulu Alloh “tidak memperkenankan” saya masuk SMK (dulu STM) – padahal saya berharap dengan masuk SMK saya bisa cepat bekerja dan membantu orang tua. Ternyata takdir Alloh membawa saya masuk SMA dan pada akhirnya membuat saya bisa merampungkan jenjang S2 saya. Dan memperoleh jauh dari apa yang saya harapkan dulu ketika hendak masuk SMK.
Saya tetap bersyukur ketika dulu Alloh “mengarahkan” saya ke minat Biokimia padahal saya ingin sekali masuk Kimia. Ternyata landasan ilmu biokimia saya dari IPB membuat saya mampu menyelesaikan pendidikan S2 Bioteknologi saya di UGM dengan lebih mudah dan tepat waktu (kurang dari 2 tahun) dan kini alhamdulillah saya sudah menjadi staf dosen di sebuah universitas negeri.
Takdir Alloh memang penuh rahasia dan tak terduga. Semua indah pada waktunya. Dan kita patut selalu bersyukur karenanya.

1 komentar: